BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kita mengenal Hidrosephalus sebagai
suatu kelainan yang biasanya terjadi pada bayi, dan ditandai dengan membesarnya
kepala melebihi ukuran normal. Dalam keadaan normal, tubuh memproduksi cairan
otak Cairan Serebro Spinal ( CSS ) dalam jumlah tertentu, untuk kemudian
didistribusikan dalam ruang-ruang ventrikel otak, sampai akhirnya diserap
kembali. Dalam keadaan dimana terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan
penyerapan kembali, terjadi penumpukan cairan otak di ventrikel.
Insidensi
hidrosephalus
antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosephalus
kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh
stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua
jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosephalus dapat terjadi pada semua
umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.
Hidrosephalus infantil adalah 46% adalah
akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan
meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior. Mengingat dampak
dan gejala sisa yang ditimbulkan penyakit hidrosephalus yaitu berupa gangguan
neurologis serta kecerdasan, mengalami retardasi mental sekitar 16% dari klien
yang ditangani bahkan 7% penderita tidak dapat diselamatkan. Maka perlu kiranya
klien dengan hidrosephalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan
kelompok multidispliner. Berkaitan dengan uraian diatas maka
dalam makalah ini penulis menguraikan beberapa masalah hidrosephalus secara
teoritis serta usaha pencegahan dan penanganan terutama berkaitan dengan
tindakan keperawatan dan menyangkut satu masalah yang paling menonjol sehingga
muncul satu diagnosa keperawatan
B.
Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini
akan membahas tentang Asuhan Keperwatan pada pasien hidrosephlus yang mencakup
sebagai berikut:
Bagaimana konsep dasar dari
hidrhlus yang mencakup sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep dasar dari hidrosephalus?
2.
Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pasien
dengan hidrosephalus?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan
makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan
hidrosephalus dan dapat merancang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah
serta dapat melakukan asuhan pada kasus hidrosephalus.
b.
Tujuan Khusus
1.
Melakukan pengkajian pada bayi dengan hidrosephalus
2.
Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data
yang telah dikumpulkan terhadap bayi dengan hidrosefalus
3.
Menentukan antisipasi terhadap diagnosa dan masalah
potensial yang ditemukan pada bayi dengan hidrosephalus
4.
Melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah
dikumpulkan terhadap bayi dengan hidrosephalus
5.
Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada bayi
berdasarkan interpretasi data yang yang ditentukan
6.
Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara
sistematis kepada bai dengan hidrosephalus
7.
Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
kepada bayi dengan hidrosephalus
BAB II
KAJIAN
TEORI
A. Pengertian
Hidrosephalus istilah yang berasal dari bahasa yunani "hidro"
yang berarti air dan "sephalus" yang berarti kepala sehingga kondisi ini sering dikenal dengan kepala air , jadi hedrosephalus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan di dalam otak cairan serebrospinal atau akumulasi cairan
serebrospinal (CSF ) dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang
subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
saraf yang vital.
Cairan serebrospinalis adalah cairan jernih yang
mengisi ruang subarachnoid. Cairan serebrospinalis juga terdapat dalam system
ventrikel dan medulla spinalis. Seluruh ruang yang melingkupi otak dan medulla
spinalis memiliki volume kira-kira 1600 sampai 1700 ml dan sekitar 150 ml dari
volume ini ditempati oleh cairan serebrospinalis dan sisanya oleh otak dan
medulla. Dari 150 ml ini, 125 ml di intracranial. Ventrikel mengandung 25 ml (
sebagian besar di ventrikel lateral ) dan 100 ml sisanya di ruang subarachnoid
yang mengelilingi otak dan medulla spinalis
Fungsi utama cairan serebrospinalis adalah untuk
melindungi otak dalam kubahnya yang padat. Otak dan cairan serebrospinalis
memiliki gaya berat spesifik yang kurang lebih sama ( hanya berbeda sekitar 4%
), sehingga otak terapung dalam liquor. Oleh karena itu, benturan pada kepala
yang tidak terlalu keras akan menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara
serentak menyebabkan tidak satu bagian pun dari otak yang berubah bentuk akibat
adanya benturan tersebut.
Menurut para ahli hidrosepalus didefinisikan antara
lain :
a. Depkes
RI,1989
Hidosephalus adalah
keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal
dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liquor.
b. Setyanegara,
1998
Hidrosephalus adalah
kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem
ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan
peningkatan volume intravertikel.
c. Ngastiyah,
1997
Hidrosephalus adalah
keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis
di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS.
d. Ricard
dan victor, 1992
Hidrosephalus adalah
suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan cerebrospinal (CSF:
Cerebrospinal Fluid).
B. Klasifikaasi
a. Hidrosephalus Non – komunikasi (non
kommunicating hydrocephalus atau hidrosephalus obstruksi )
Biasanya diakibatkan
obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi
tersebut sering dijumpai pada orang
lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system
saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas
luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada
system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam sistem. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak – anak
dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intracranialnya tinggi mencapai ekstrim,
tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak
yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan atau separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.
Peningkatan tekanan CSS disebabkan oleh obstruksi pad salah satu pembentukan
CSS oleh pleksus koroidalis dan keluarga dari ventrike IV melalui foramen
luscha dan magendie.
b.
Hidrosephalus Komunikasi (Kommunicating
hidrocepalus).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF
tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala
peningkatan ICP).
c. Hidrosephalus
Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus).
Di
tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi
jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya
normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic
gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala,
hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (kelompok umur 60 – 70 tahun) ada
kemingkinan ditemukan hubungan tersebut. ( FKUI, 1985 )
C. Etiologi
Hidrosephalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS
pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan
tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan
anak ialah :
1.
Kongenital disebabkan
gangguan perkembangan janin dalam rahim, atau infeksi
intrauterine meliputi :
a.
Stenosis
aquaductus sylvi
Merupakan
penyebab yang gterbanyak pada hidrosephalus pada bayi dan anak. Umumnya
gejalanya terlihat sejak lahir atau progesif dengan cepat pada bulan – bulan
pertama setelah lahir.
b.
Spina bifida
dan kranium bifida
Hidrosephalus
pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom amold-chiari akibat
tertariknya madula spinal dengan medula oblongata dan serebulum letaknya lebih rendah
dan menutupi foramen magnum sehingga terjadinya penyumbatan sebagian atau
total.
c.
Syndrom
Dandy-Walker
Merupakan
atresia kongenital foramen luschka dan megendie dengan akibat hidrosephalus
obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat
sedemikin besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar didaerah fosa
posterior.
d.
Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
Dapat
terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul karena trauma sekunder
hematoma. Anomalia terjadi hidrosephalus
akibat aneurisma arterio vena yang mengenai arteria serebalis posterior dengn
vena galeni atau sinus transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2.
Hidrosephalus didapat
disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a.
Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah
lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
b.
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
c.
Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
( FKUI, 1985 )
D. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau
pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter
terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah
mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan.
Proses
dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan
anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak
akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal ( Penyakit keluarga atau keturunan
yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan
tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi
yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker
akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV.
Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian
besar ruang dibawah tentorium. Klein
dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara
simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah
menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan
gejala Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi
dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas
normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan
menyebabkan kematian.
Pada
pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan
absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih
lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
E. Manifestasi
Klinis dan Tanda Gejala
1. Bayi
;
a. Kepala
menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
b. Keterlambatan
penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit
tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Tanda
– tanda peningkatan tekanan intrakranial;
·
Muntah
·
Gelisah
·
Menangis dengan suara ringi
·
Peningkatan sistole pada tekanan darah,
penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil,
lethargi – stupor.
d. Peningkatan
tonus otot ekstrimitas
e. Tanda
– tanda fisik lainnya ;
·
Dahi menonjol bersinar atau mengkilat
dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas.
·
Alis mata dan bulu mata ke atas,
sehingga sclera telihat seolah – olah di atas iris.
·
Bayi tidak dapat melihat ke atas,
“sunset eyes”
·
Strabismus, nystagmus, atropi optik.
·
Bayi sulit mengangkat dan menahan
kepalanya ke atas.
2. Anak
yang telah menutup suturanya ;
Tanda – tanda peningkatan tekanan
intrakranial :
a. Nyeri
kepala
b. Muntah
c. Lethargi,
lelah, apatis, perubahan personalitas
d. Ketegangan
dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
e. Penglihatan
ganda, kontruksi penglihatan perifer
f. Strabismus
g. Perubahan
pupil.
F. Komplikasi
1.
Peningkatan
tekanan intrakranial
2.
Kerusakan otak
3.
Infeksi nefritis, meningitis,ventrikulitis, abes otak.
4.
Shunt tidak
berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5.
Hematomi subdural,
peritonitis,abses abdomen.
6.
Kematian
( Hellen Brough, 2007 )
G. Pemeriksaan
Penunjang
1.
Skan temograsfi komputer ( CT-Scan) mempertegas adanya
dilatasi ventrikel dan membantui dalam memgidentifikasi kemungkinan penyebabnya karena (neoplasma,
kista, malformasi
konginetal atau perdarahan intra kranial).
2.
Fungsi ventrikel kadang digunakan untiuk menukur
tekanan intra kranial menghilangkan cairan serebrospinal untuk kultur (aturan
ditentukan untuk pengulangan pengaliran).
3.
EEG : untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik.
4.
Transluminasi : Untuk mengetahui apakah adanya
kelainan dalam kepala.
5.
MRI : ( Magnetik resonance imaging ) : memberi
informasi mengenai stuktur otak tanpa kena radiasi.
( Ngastiyah, 2005 )
H. Penatalaksanaan
1. Terapi
Medikamentosa
Hidrosephalus dewngan progresivitas
rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak memerlukan tindakan operasi.
Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat
diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun
hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat
diberikan. Tanpa pengobatan pada kasus
didapat dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
2.
Pembedahan
Tujuannya
untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya
Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat
mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo
Peritorial Shunt
b. Ventrikulo
Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada
keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya: kateter
shunt obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar. Pemasangan
pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak
ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial. Pintasan
terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang
atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit
terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
3.
Operasi
pintas
Bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu
pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran
dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko
akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
( Ngastiyah, 2005 )
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Neurologis
-
Pergeseran sutura tengkorak
-
Pembengkakan sepanjang saluran pirau
-
Menangis dengan nada tinggi
-
Ubub – ubun menonjol
-
Tonjolan vena dikulit kepala
-
Iritabilitas saat bangun
-
Bertambahnya lingkaran frontal –
oksipital
-
Mata terbenam
2. Gastrointestinal
-
Muntah
-
Perubahan nafsu makan
3. Muskuloskeletal
-
Letergi
-
Spastisitas
ekstremitas bawah
4. Aktivitas
-
Lemah
-
Menangis
-
Penurunan
kekuatan
5. Nyeri atau kenyamanan
-
Nyeri
kepala
6. Sirkulasi
-
Penaikan
sistol
-
Penurunan
nadi
7. Pernafasan
-
Peningkatan
kekuatan
B. Diagnosa
a. Potensial
terhadap perubahan integritas kulit kepala b/d ketidak mampuan bayi dalam
mengerakan kepala akibata peningkatan ukuran dan berat kepala
v Kriteria
hasil :
Tidak terjadi gangguan integritas
kulit dengan kriteria kulit utuh, bersih dan kering.
v Intervensi
/ Rasionalnya :
·
Kaji kulit kepala setiap 2 jam dan monitor terhadap
area yang tertekan.
R/: Untuk memantau keadaan integumen
kulit secara dini.
·
Ubah posisi tiap 2 jam dapat dipertimbangkan untuk
mengubaha kepala tiap jam.
R/ : Untuk meningkatkan sirkulasi
kulit
·
Hindari tidak adanya linen pada tempat tidur
R/ : Linen dapat menyerap keringat sehingga
kulit tetap kering
·
Baringkan
kepala pada bantal karet busa atau menggunakan tempat tidur air jika mungkin.
R/ : Untuk mengurangi tekanan yang
menyebabkan stres mekanik.
·
Berikan nutrisi sesuai kebutuhan.
R/ : Jaringan akan mudah nekrosis
bila kalori dan protein kurang
b.
Perubahan fungsi keluarga berhubungan dengan situasi
krisis ( anak dalam cacat fisik )
v Kriteria
hasil :
Keluarga menerima keadaan anaknya,
mampu menjelaskan keadaan penderita dengan berpartisipasi dalam merawat anaknya
dan secara verbal
keluarga dapat mengerti tentang penyakit anaknya.
v Intervensi /
Rasionalnya :
·
Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita,
prosedur, terapi dan prognosanya.
R/ : Pengetahuan
dapat mempersiapkan keluarga dalam merawat penderita.
·
Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh
bila keluarga belum mengerti
R/ :
Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah persepsi
·
Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi
R/ : Untuk
menghindari salah persepsi, kesalah pahaman terhadap penyakit anaknya.
·
Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
R/: Keluarga
dapat mengemukakan perasaannya, cara penyelesaiannya.
c. Resiko
infeksi yang berhubungan dengan proses pembedahan untuk pemasangan pirau
v Kriteria
hasil : anak akan menunjukan tidak ada infeksi karena penempatan pirau yang
ditandai oleh suhu tubuh kurang dari 37,8oC dan tidak ada tanda
pembengkakan pada luka insisi atau tidak ada drainase, iritabilitas.
v Intervensi
/ Rasionalnya :
·
Pantau suhu tubuh anak setiap 4jam
R/ : Penurunan suhu
tubuh merupakan tanda awal infeksi pada neonatus dan peningkatan suhu tubuh
merupakan tanda awal infeksi pada anak.
·
Kaji area insisi setiap 4 jam, pantau drainase
cairan atau pembengkakan.
R/ : pembengkakan
disekitar pompa saluran pirau atau insisi pembedahan dengan tanpa drenase
mungkin merupakan tanda awal infeksi karena pirau.
·
Posisikan kepala anak sehingga beban
berat tidak dikonsentrasikan kesisi katup 24-48 jam pertama setelah pembedahan.
·
R/ : memosikan kepala dengan cara
mencegah kerusakan kulit pad sekitar pompa pirau sehingga menghilangka resiko
terhadap infeksi. Pada neonatus yang merupakan kelompok khusus yang rentan pada
infeksi karena pemasangan pirau dengan waktu lama.
d. Resiko
cidera yang berhubungan dengan kejang.
v Kriteria
hasil : anak tidak akan mengalami cidera sebagai akibat kejang.
v Intervinsi
/ Rasionalny :
·
Tentukan apakah anak mengalami riwayat
kejang
R/ : Kejang terjadi
diatas 40% jumlah anak dalam 2 tahun setelah pemasangan pirau
·
Lakukan pencegahan kejang pada anak
dengan TIK atau
malfungsi pirau, dengan alat pengisapan lendir.
R/ : Kejang merupakan
tanda lanjut peningkatan TIK, kewaspadaan kejang diperlukan untuk mencegah
cidera pada anak.
e. Resiko
kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan gangguan status nutrisi saat
prabedah dan pascabedah.
v Kriteria
hasil : anak akan mendemontrasikan tidak ada dehidrasi yang ditandai dengan
berat badan stabil, turgor kulit baik, kadar elektrolit stabil, air mata dalam
jumlah cukup, membran mukosa lembab, haluaran uein 1 sampai 2 ml/kg/jam.
v Intervensi
/ Rasionalnya :
·
Pantau asuapan dan haluaran cairan
secara teliti
R/ : Pemantauan
kehilangan cairan secara teliti mandeteksi kehilangan cairan.
·
Pantau kadar elektrolit serum pada anak
setiap hari jika muntah terjadi, berikan perhatian dengan seksama pada kadar
natrium dan kalium.
R/ : Kehilangan
natrium, kalium dan elektrolit lainnya dalam jumlah besar dapat terjadi sebagai
akibat muntah.
·
Berikan nutrisi parental sesuai saran
dan pantau pemberiannya setiap jam.
R/: Pemberian cairan parental
akan membantu mengembalikan jumlah cairan secara normal serta keseimbangan
erektrolit.
f. Resti gangguan neorologis berhubungan dengan mata sulit
menutup
v Kriteria hasil : anak dapat dengan mudah menutup
pupilnya.
v Intervensi / R :
·
Kurangi
kelebihan cairan serebrospinal pada anak
R/ : pengalihan CSS secara baik dapat mengurangi udim
pada saraf pupil olfaktorius.
g. Nyeri
v Kriteria
hasil: anak tidak menunjukan nyeri
v Intervensi
/ R :
·
Ubah posisi anak setiap jam
R/ : supaya tidak ada
dekubitus
·
Pantau jahitan pirau setelah pembedahan
R/ : Supaya tidak
terjadi resiko infeks
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hedrosephalus merupakan penyakit yang terjadi akibat
gangguan aliran cairan di dalam otak
cairan serebrospinal atau akumulasi cairan serebrospinal (CSF ) dalam
ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu
menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Komplikasi
1.
Peningkatan
tekanan intrakranial
2.
Kerusakan otak
3.
Infeksi nefritis, meningitis,ventrikulitis, abes otak.
4.
Shunt tidak
berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5.
Hematomi
subdural, peritonitis,abses abdomen.
6.
Kematian
B. Saran
Diharapkan
kepada orang tua yang mendapatkan anak dengan kasus hidrosefalus untuk tidak
berkecil hati karena ada masih ada cara pengobatan yang dapat dilakukan.
Pengobatan tersebut dapat membantu anak tersebut untuk proses tumbuh kembangnya
dikemudian hari.
Bagi petugas
kesehatan diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan dan asuhan yang adekuat
dan hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi sehingga dapat menurunkan angka
kematian pada bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Speer
Kathbleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan
Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Donna L. Wong. 2008. Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik.